Sudah lama sekali kita tak pernah bercengkrama seperti dulu.Kebiasaan itu sudah lenyap.Yang tertinggal hanyalah kenangan dan keheningan.Hening...Semua jendela sudah berdebu.Hahaha.. debu-debu itu menghalangi pandangan dan menutupi terang yang berusaha menghampiri.Debu-debu itu menjadi bukti ketiadaan.Hening....Ruang yang dulu kita tempati bersama sudah kosong dan terkunci.Egois, tak ingin dikritik, tidak jujur, merasa disaingi, merasa kalah membuatmu mengunci ruang pertemuan itu.Bukankah kita rekan?Mengapa melihatku sebagai lawan dalam pertandingan?Bukankah kita saling berbagi?Mengapa harus merasa rendah diri?Bukankah kita selalu berbeda?Mengapa perbedaan membuatmu menjaga jarak?Salahkah aku menjadi seperti aku yang sekarang?Salahkan aku memilih jalan yang berbeda?Salahkan aku mendapatkan pengalaman yang berbeda?“Hah,” ujarku sambil menarik napas dalam-dalam.Bukankah, mengapa dan salahkah sering hinggap dalam pikiranku setiap kali kulihat ruang itu.Ruang itu benar-benar hening.Ingin kuhancurkan ruang itu tapi rasa untuk tak menyakitimu membuatku jatuh dalam keheningan.Tanpa kata dan tindakan.Aku tak ingin menyakiti dan membuatmu merasa tidak leluasa.Hening...Tanpa suara.Tahukah kamu bagaimana rasanya menangis dalam keheningan?Rasanya mengelisahkan dan mematikan.Aku tak mungkin berpura-pura tak melihat ruang itu.Mustahil.Aku tak tahu bagaimana denganmu, namun yang pasti aku telah menjadi ruang hening.Ruang ciptaan kita.
Life from My Point of View
We write to taste life twice, in the moment and in retrospect - Anais Nin
4.19.2015
Ruang Hening
4.17.2015
Tarian Perichoresis
Ketika saya memikirkan tentang cinta, kesetiaan, hasrat dan harapan maka yang terbayang dalam benak ialah tarian. Hmmm.... Tarian perichoresis. Perichoresis merupakan kata Yunani dari kata perichoreo yang berarti “mencakup, meliputi” atau perichoreuo yang berarti “menari sekeliling”. Tarian perichoresis adalah tarian yang mengundang yang lain untuk terlibat. Tarian yang berelasi, dinamis, penuh cinta, berhasrat, penuh harapan, dan tanpa pengecualiaan. Dalam tarian tersebut tidak ada yang berada pada posisi terutama, karena semua saling terkait, jalin-menjalin dalam perjumpaan dengan yang lain. Tarian yang berada dalam satu sama lain, merembes dan tanpa kekacauan.
Cinta, kesetiaan, hasrat dan harapan mempertemukan, menarik, merangkul dan menggerakan kita secara spontan dalam tarian perichoresis. Sangat mempesona, intim dan jalin-menjalin.
Pertanyaannya
ialah bagaimana tarian perichoresis tersebut dapat terjadi
pada seseorang yang mencari pasangan hidup? Saya lebih memilih kata mencari
daripada menanti. Menanti adalah tindakan yang pasif, sedangkan mencari
menyatakan tindakan yang aktif. Dalam pencarian ada penantian namun dalam
penantiaan tidak ada pencarian.
Tarian perichoresis hanya
dapat terjadi jika ada penerimaan. Bagi saya dalam penerimaan harus ada
kewaspadaan dan kepekaan. Saat saya menulis tulisan ini saya sedang menonton
film pembunuhan yang berjudul when a stranger calls (omo... *geleng-geleng
kepala* sangat menakutkan, mengerikan dan menegangkan iiiihhhhh ~~~mquejdndjlallpqeh serem
100%). Nah, melalui film pembunuhan tersebut saya benar-benar diingatkan
tentang pentingnya kewaspadaan dan kepekaan. Tanpa kewaspadaan dan kepekaan,
kekacauan dapat terjadi. Kewaspadaan dan kepekaan dapat menegasi yang lain,
tetapi bukankah dalam mencari pasangan hidup tindakan menegasi yang lain harus
terjadi?
Hal
yang perlu dicatat ialah penerimaan yang disertai oleh kewaspadaan dan kepekaan
bukan hanya terjadi di pihak saya tetapi juga di pihak lain. Semua pihak berada
dalam porsi yang sepadan. Saya bukanlah pihak yang ideal untuk membuat standar
yang tinggi dan menetapkan orang lain untuk sesuai dengan standar yang saya
tetapkan. Standar yang membuat orang lain pantas untuk menjadi pasangan hidup
saya. Jika semua pihak bertindak demikian maka tidak ada tarian perichoresis.
Pertanyaannya ialah apakah membuat standar adalah suatu kesalahan? Tentu saja
jawabannya ialah tidak.
Saya
boleh membuat standar namun saya harus menyerahkan semua standar yang saya buat
tentang pasangan hidup kepada Allah. Di dalam Allah, bukan hanya dia yang berjuang tetapi
saya dan kamu juga berjuang. Ketika seseorang berhasil meraih sesuatu yang ia
perjuangkan dan terus berjuang untuk kita tanpa ada timbal-balik dari kita maka
prosesnya menjadi tidak seimbang. Dalam hubungan jika hanya satu pihak yang
berjuang maka hasilnya adalah kejenuhan, berhenti, dan mundur. Sekali
lagi saya katakan kita semua harus berjuang. Jangan jadi kucing garong ya
wkwkwk (agresif mksd saya). Bersikaplah dengan santun, elegan, dan menawan.
Mencari pasangan hidup bukan hanya
untuk mereka yang masih single tetapi juga untuk mereka yang berkomitmen dalam
sebuah hubungan. Mencari pasangan hidup sama dengan berjuang. Dalam tulisan ini
mencari pasangan hidup/berjuang berarti dua hal, yakni 1) bersedia untuk
mengenal diri, menerima diri kita seutuhnya, mengoreksi diri, memperbaiki diri
dan melakukan semua tanggung jawab kita dengan baik. Saat kita berubah menjadi
pribadi yang lebih baik maka secara otomatis relasi dengan dia pun akan
berdampak menjadi lebih baik lagi; 2) bersedia untuk mengenal dia dan menerima
dia; dan 3) saling menjaga.
Kegagalan dalam cinta adalah masa lalu.
Saat cinta “yang tepat” datang menyapamu maka ia bukan hanya membuat kebekuan
hatimu mencair tetapi juga mempertemukan, menarik, dan menggerakanmu secara
spontan dalam tarian perichoresis. Bukan hanya lagi cinta tetapi
juga kesetiaan, hasrat dan harapan yang terlibat jalin-menjalin dalam tarian perichoresis antara
saya/kamu dan dia. Selain itu kesalahan dan tantangan juga hadir dalam tarian perichoresis.
Dalam berhadapan dengan kesalahan, maka kata maaf dan penyesalan dapat
menguatkan dan memperindah tarian perichoresis. Namun pada pihak
lain ia dapat menghentikann tarian perichoresis saat saya/kamu
dan dia memilih untuk berhenti dan keluar dari tarian tersebut. Semua ada dalam
pilihan kita, namun tanpa keterlibatan Allah tarian perichoresis tidak
dapat terjadi.
Punya pendapat yang lain? It's okay. Semuanya
punya suara untuk berkata ya dan atau tidak :)
hehehe.
With Love,
ABL
2.24.2014
Bersama Mereka Aku Bahagia
Kemarin adalah hari yang sangat menyenangkan.
Anak-anak sekolah minggu semakin rindu untuk mengikuti
ibadah Sekolah Minggu.
Suatu perubahan terjadi dalam diri anak-anak ini. Mereka
yang pada awalnya malas, susah untuk bangun pagi dan bahkan acuh tak acuh menjadi
rindu untuk beribadah, bahkan si lucu Kailo, yang walaupun hari ini sakit,
tetapi tetap ingin ke sekolah minggu karena merindukan kebersamaan bersama
kami.
Melihat kerinduan di wajah dan semangat mereka, aku hanya
bisa mengatakan terima kasih Tuhan. Terima kasih juga untuk kakak-kakak layan
yang telah saling membantu sehingga tercapai perubahan yang luar biasa ini. :)
Hmmm,
Banyak pengalaman yang kulewati bersama mereka.
Minggu lalu Chelsea dengan wajah yang polos berkata, “Kak, Kakak hamil ya?”
Wah, perkataan Chelsea yang polos tersebut seperti kilat di Siang bolong yang memaksaku memegang perut sambil cengar-cengir dan menjawab,
“wah, Kakak khan belum nikah, bagaimana mungkin kakak hamil? hehehehe.”
Yabes, salah seorang anak sekolah minggu langsung masuk
dalam percakapan dengan mengatakan, “Kak di perut Kakak, ada anak ya?”
Wow, kilat itu ternyata belum pergi semakin menyambar di
hati dan pikiranku. Jawabku, “Wah, gak ada, Kakak belum hamil, hehehehe.”
Chelsea pun berkata lagi, “truz kenapa perut kakak buncit?
ada anak di perut kakak.” Perkataan tersebut diikuti oleh pelukan dan elusan Yabes
untuk perutku.
wah3x. Speechless. Entah mau ngakak, sakit hati, membantah
lagi, aku speechless. hehehehe.
Akhirnya, kualihkan pembicaraan tersebut dengan mengatakan,
“Ok, bukannya kita maw pergi? ayooo udah telat ini hehehehe.”
Hahhh, akhirnya pembicaraan soal perut pun berakhir.
Minggu ini, ternyata pembicaraan tersebut belum berakhir.
Giliran Arter yang bertanya, “Kak, Kakak hamil ya?”
“Omo, perutku ini gak besar-besar amat kenapa semua
anak-anak ini terus-terusan bertanya ya.. Hmmm. Sepertinya aku harus beli
kemben dan ikut fitness”, seruku dalam hati.
Akhirnya aku memilih untuk bilang, “Ia, Minggu depan Kakak
melahirkan loh, hehehehe.”
Arter pun menjawab, “Ia, anaknya Kakak nanti mirip Artur
khan?” Hmmm, ckckckck. Anak-anak sekarang. Masa Guru Sekolah Minggu-nya diganggu sama anak Sekolah Minggu sendiri. hehehehe.
Akhirnya, kak Cindy pun berkata, “Wah, Kak Astrid dan Kak
Cindy sayang sama kalian semua loh, jadi jangan di ganggu seperti itu lagi ya.”
Aku pun hanya cengar-cengir sambil berkata, “Ia, hehehehe.”
Bersama mereka (anak-anak sekolah minggu), aku bahagia.
Sangat bahagia :)
Sangat bahagia :)
With Love,
ABL
2.21.2014
Stay On or Move On?
Wow....
Menikmati waktu di Gramedia adalah hal yang tepat buat kamu yang sedang kehabisan ide.
Membaca judul buku dan liat blurb buku-buku yang menarik saja sangat menyegarkan otak yang mengalami kebuntuan. (Yah, kalo sahabat blogger punya duit lebih, saranku sih dibeli aja daripada nyesel... hehehehe)
Ok, ada satu novel yang menarik perhatianku.
Judulnya: Cinta. (baca: cinta dengan titik)
Novel ini memang sudah di-film-kan. Aku udah nonton filmnya, tapi membaca novelnya sangat mengasyikkan. Dunia novel itu membawa kita dalam rasa yang berbeda :)
Ok, hubungan novel ini dengan novel pertama yang tadi kusebutkan ialah novel kedua ini memiliki jawaban atas pertanyaan yang berada dalam blurb novel pertama tadi. :) Suatu jawaban nyata loh, mengingat novel You are the Apple of My Eye adalah sebuah novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya.
Jawabannya terdapat dalam hal 341-342.
"meskipun pada akhirnya cinta itu tidak membuahkan hasil, tetapi selama pernah berkembang, warnanya tetap cerah. Aku tidak pernah menyesal mengalami pengalaman indah itu di masa mudaku... cerita yang tidak selesai. Di tangan orang lain, ceritanya berkembang, warnanya pun terlihat terang".
Guys,
balik ke pertanyaan sebelumnya:
harus dilupakan, dikubur dalam-dalam atau diingat saja?
Bagiku, jawabannya ialah beranilah untuk mengingat dan berjuang mendapatkan cinta itu. Ketika cinta itu memang pantas dan tepat untuk diperjuangkan.
Berhentilah berjuang ketika dengan cara tersebut kalian mengetahui bahwa dia akan bahagia.
Mengingat itu tidak akan membuat kalian trauma dalam percintaan, dendam, sakit hati, terluka dan lain-lain. Justru ketika kalian memilih untuk mengingat dalam cinta dan ketulusan, kalian akan termotivasi menuju babak cinta yang berikutnya.
You are the Apple of My Eye menjadi satu kisah indahnya mengingat dia yang tidak ditakdirkan untuk kita.
Yah, semua pasti membutuhkan proses. Lama atau tidaknya tergantung masing-masing pribadi yang terlibat persoalan tersebut. :)
Guys,
Jangan takut untuk move on kalo itu memang cara yang terbaik, dan
Jangan takut untuk stay on kalo itu memang cara yang terbaik.
Punya pendapat yang lain? It's okay. Semuanya punya suara untuk berkata ya dan atau tidak :)
hehehe.
With Love,
ABL
Menikmati waktu di Gramedia adalah hal yang tepat buat kamu yang sedang kehabisan ide.
Membaca judul buku dan liat blurb buku-buku yang menarik saja sangat menyegarkan otak yang mengalami kebuntuan. (Yah, kalo sahabat blogger punya duit lebih, saranku sih dibeli aja daripada nyesel... hehehehe)
Ok, ada satu novel yang menarik perhatianku.
Judulnya: Cinta. (baca: cinta dengan titik)
Hal yang mengesankan ialah blurb-nya.
"Mengapa cinta membuatku mencintaimu,
ketika pada saat yang sama
kau mencintai orang yang bukan aku?
Ketika telah membuka hati,
aku pun harus bersiap untuk kehilangan lagi.
Apakah setelah cinta memang harus selalu ada
air mata dan luka hati?
Kalau begitu,
bagaimana jika kita bicarakan satu hal saja.
Cinta.
Tanpa ada yang lain setelahnya.
Kita lihat ke mana arahnya bermuara."
Nah, blurb bagian pertama itu sangat menarik.
Aku mulai bertanya ia ya, sepertinya gak adil banget karena cinta mengijinkan kita untuk mencintai dia yang mencintai orang lain.
Betapa sakit banget ketika kita harus selalu menyimpan sebuah nama tanpa mengatakannya kepada dia yang kita sayangi. Ketakutan untuk lebih terluka menjadikan kita bersembunyi, tetapi pada saat yang sama kita justru semakin terluka.
Hmmm, harus dilupakan, dikubur dalam-dalam atau diingat saja?
Nah, satu novel lagi yang menarik ialah You are the Apple of My Eye.
Novel ini memang sudah di-film-kan. Aku udah nonton filmnya, tapi membaca novelnya sangat mengasyikkan. Dunia novel itu membawa kita dalam rasa yang berbeda :)
Ok, hubungan novel ini dengan novel pertama yang tadi kusebutkan ialah novel kedua ini memiliki jawaban atas pertanyaan yang berada dalam blurb novel pertama tadi. :) Suatu jawaban nyata loh, mengingat novel You are the Apple of My Eye adalah sebuah novel yang ditulis berdasarkan kisah nyata penulisnya.
Jawabannya terdapat dalam hal 341-342.
"meskipun pada akhirnya cinta itu tidak membuahkan hasil, tetapi selama pernah berkembang, warnanya tetap cerah. Aku tidak pernah menyesal mengalami pengalaman indah itu di masa mudaku... cerita yang tidak selesai. Di tangan orang lain, ceritanya berkembang, warnanya pun terlihat terang".
Guys,
balik ke pertanyaan sebelumnya:
harus dilupakan, dikubur dalam-dalam atau diingat saja?
Bagiku, jawabannya ialah beranilah untuk mengingat dan berjuang mendapatkan cinta itu. Ketika cinta itu memang pantas dan tepat untuk diperjuangkan.
Berhentilah berjuang ketika dengan cara tersebut kalian mengetahui bahwa dia akan bahagia.
Mengingat itu tidak akan membuat kalian trauma dalam percintaan, dendam, sakit hati, terluka dan lain-lain. Justru ketika kalian memilih untuk mengingat dalam cinta dan ketulusan, kalian akan termotivasi menuju babak cinta yang berikutnya.
You are the Apple of My Eye menjadi satu kisah indahnya mengingat dia yang tidak ditakdirkan untuk kita.
Yah, semua pasti membutuhkan proses. Lama atau tidaknya tergantung masing-masing pribadi yang terlibat persoalan tersebut. :)
Guys,
Jangan takut untuk move on kalo itu memang cara yang terbaik, dan
Jangan takut untuk stay on kalo itu memang cara yang terbaik.
Punya pendapat yang lain? It's okay. Semuanya punya suara untuk berkata ya dan atau tidak :)
hehehe.
With Love,
ABL
2.20.2014
Penerimaan: Dasar dari Cinta
Penerimaan adalah hal yang paling diinginkan oleh setiap orang.
Bagi saya, penerimaan adalah kata yang menjelaskan bagaimana kita harus menerima seseorang secara otentik. Bukan hanya sekedar menerima, tetapi dengan menerima kita bertemu dan merangkul orang yang kita terima tersebut secara utuh, secara otentik. Just the way he/she is. :)
Penerimaan tersebut tidak menuntut balasan dari orang yang kita terima.
Penerimaan memikul konsekuensi yang sangat besar dalam dirinya.
Well,
Tidak pernah ada seorang pun yang ingin ditolak.
Tidak pernah ada seorang pun yang ingin diperlakukan secara semena-mena.
Tidak pernah ada seorang pun yang ingin menderita karena kesepian dan atau kesendirian.
Semuanya ingin diterima secara otentik.
Ketika kita menginginkan suatu penerimaan yang otentik sebenarnya kita telah digerakkan untuk menerima orang lain juga secara otentik.
Awalnya saya merasa ini teori yang sangat sederhana, suatu teori tentang hospitalitas.
Tanpa disadari,
saya dikejutkan oleh diri saya sendiri karena hal penerimaan yang tampaknya sangat sederhana tersebut belum saya kerjakan.
Saya memang diperhadapkan dengan begitu banyak orang dengan segala narasi kehidupannya.
Banyak pilihan-pilihan salah yang telah membuat mereka hancur.
Dalam kekristenan, pilihan salah tersebut dapat dikategorikan sebagai dosa.
Dosa seks pra-nikah sangat dominan dilakukan oleh orang-orang yang sangat saya cintai.
Yah, mereka memang berdosa, namun mereka telah mengakui dosanya di hadapan Tuhan.
Mereka telah meminta suatu pengampunan dosa.
Apakah Tuhan menjawab doa mereka?
Apakah dengan berdoa dosa mereka diampuni?
Well, saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Pertanyaan yang mencakup aspek Yang Transenden.
Namun, hal yang saya ingin bicarakan bukanlah dalam bingkai pertanyaan tersebut.
Hal yang ingin saya tekankan adalah respon dari pihak kita kepada mereka.
Dapatkah kita menerima mereka?
Wah, saya mengalami sendiri bahwa sangat gampang untuk mengatakan bahwa, "Ya, kita dapat menerima mereka".
Namun, setelah sekian lama saya tersadar bahwa menerima itu bukan hanya mengajak mereka berbicara, tertawa, berjalan-jalan sambil menikmati makanan dan minuman, dan lain sebagainya.
Penerimaan itu menerima mereka secara otentik.
Jika calon suamimu mengaku bahwa ia pernah melakukan dosa seks pra-nikah apakah kamu tetap menjadikan dia sebagai pasanganmu?
Pada satu sisi, kamu sangat mencintainya. Pengakuannya sebelum menikah pun dikarenakan rasa cintanya yang begitu dalam. Kejujuran disertai oleh perasaan malu untuk membongkar aib yang selama ini ditutupi tersebut, haruskah disertai oleh pemutusan hubungan dari kita?
Berat khan?
Penerimaan itu bukan hal yang sederhana.
Kita ingin diterima, tapi siapkah kita menerima?
Menerima itu mengandung aspek mencintai dan mengampuni kesalahan, bukan dengan cara melupakan, karena bagaimana seorang mengampuni jika ia melupakan kesalahannya.
Well,
pada akhirnya saya belajar bahwa menerima itu mencintai orang yang kita terima secara otentik, merangkulnya dan perangkulan tersebut disertai dengan aspek pengampunan.
Siap untuk mencintai itu siap untuk terluka,
Siap untuk mencintai itu siap untuk meruntuhkan segala idealisme kita yang kadangkala sangat kita impikan.
Siap untuk mencintai itu siap untuk menerima kejujuran.
Siap untuk mencintai itu siap untuk mengampuni.
Siap untuk mencintai itu siap untuk berjumpa dalam perangkulan yang otentik.
Selamat mencintai ^_^
With love,
ABL
1.24.2012
“SANG PEJUANG”
SANG PEJUANG, julukan yang kami
berikan kepada Alm. Ardiyana Padjadja.
Sosok yang sangat kami kagumi.
Tak pernah terlintas sedikit pun
dibenak, jika kami akan bertemu dan kemudian bersahabat dengan SANG PEJUANG.
± 3 tahun silam, perkenalan itu
dimulai dengan senyuman lebar dan gengaman tangan yg erat.
± 3 tahun, waktu yang Tuhan berikan kepada
kami untuk belajar dari SANG PEJUANG.
± 3 tahun menjadi tanda perpisahan
kami dengan SANG PEJUANG.
Masih teringat dengan jelas, saat
dimana kami tertawa terbahak-bahak melihat tingkah lucu dari SANG PEJUANG,
entah dengan menelpon menggunakan remote TV, bingung mencari pulpen yang ada
disakunya sendiri, dll.
Masih teringat dengan jelas, saat
dimana kami saling bercanda, saat dimana kami saling berkeluh kesah ketika
begitu banyak tugas yang diberikan oleh para dosen.
Masih teringat dengan jelas, saat dimana
kami menangis bersama ketika kami, Teologi 2008 UKSW hendak berpisah selama 4
bulan untuk melaksanakan PPL VI.
Masih teringat dengan jelas, senyuman
dan tawa dari SANG PEJUANG.
SANG PEJUANG sosok yang menemani kami
baik suka maupun duka.
Berbagi pengalaman bersama SANG
PEJUANG sangat menyenangkan. Situasi yang akan selalu kami rindukan.
Saat semua orang berpandangan sinis,
berbicara negatif, ingin menjatuhkan
kami dengan segala cara, SANG PEJUANG berdiri dan mendukung. Dukungan dengan
kritikan yang membangun.
SANG PEJUANG selalu memotivasi diri
untuk maju, tak kenal menyerah dengan keadaan, mengandalkan Tuhan dan selalu
bersyukur dengan apa yang dimiliki.
Pernahkah SANG PEJUANG mengeluh?
Pernah dan ini manusiawi.
Mengeluh ketika menyadari
keterbatasannya dalam hal mengingat sesuatu.
Mengeluh saat mendapat nilai yang
buruk.
Mengeluh, menangis ketika mengetahui
yang ia hadapi adalah KANKER.
Mengeluh karena target skripsi yang
ingin dicapai harus terhambat.
Namun,
SANG PEJUANG tidak terbelenggu dalam
gerbang pengeluhan.
SANG PEJUANG bangkit.
SANG PEJUANG tak kenal menyerah,
SANG PEJUANG tetap menjalani hidup
dengan penuh semangat dan senyuman.
Kelembutan,
Kesederhanaan,
Kedewasaan,
Yang dimiliki, menjadikan SANG PEJUANG
sebagai Mama, Teladan bagi Teologi 2008.
Kehilangan SANG PEJUANG merupakan
kehilangan terbesar bagi kami.
Kehilangan yang tak pernah
disangka-sangka.
Kehilangan yang sangat memilukan hati.
Bahkan airmata ini pun tak cukup
mengekspresikan kesedihan ini.
Yah…. Tugas SANG PEJUANG telah
selesai.
SANG PEJUANG telah pergi.
Pergi dengan meninggalkan kenangan
terindah.
SANG PEJUANG adalah teladan hidup.
Terima kasih untuk waktu ± 3 tahun
ini.
Terima kasih SANG PEJUANG
You’ll always in our heart.
Selamat jalan Kakak, Sahabat, Mama
Ardiyana Padjadja, SANG PEJUANG.
11.27.2011
OUR SECOND FAMILY (O2F)
Pemuda GKI Sulung memberikan arti tersendiri bagi saya.
KAPAL ini adalah kapal yang lumayan besar.
KAPAL ini memiliki penumpang yang banyak.
KAPAL ini berlayar dengan kekuatan kebersamaan dan kepercayaan di dalam Tuhan.
KAPAL ini diisi dengan bahan bakar kasih dan
Navigasi KAPAL ini ialah Firman Tuhan.
"KAPAL ini bernama O2F (Our Second Family)"
Besar tidaknya kapal, bukanlah hal yang terpenting.
Kuantitas memang penting, namun kualitaslah yang terpenting.
Tak pernah terpikirkan sedetik pun, KAPAL ini akan menjadi bagian dalam proses mengarungi lautan kehidupan. Semuanya berawal ketika Mata Kuliah Praktek Pendidikan Lapangan VI, mengharuskan penentuan tempat Praktek. Secarik kertas pun di ambil dan 3 kata akhirnya tertera di sana "GKI DI SURABAYA." 3 kata ini pula-lah yang menempatkan saya di KAPAL 02F.
Proses demi proses saya lalui bersama penumpang yang lain. Sungguh pengalaman yang berharga dan tak terlupakan.
Ketika mengarungi lautan dunia ini, tidak mungkin cuaca akan teduh senantiasa.
Kadangkala tenang, mendung, panas, hujan, banjir bahkan tsunami.
Gelombang duka dan serpihan angin bahagia mulai mengguncang KAPAL.
Semua penumpang KAPAL berusaha untuk mempertahankan dan membuat KAPAL ini tetap berlayar.
Kekuatan kebersamaan dan kepercayaan di dalam Tuhan adalah kuncinya.
Kebersamaan dapat hadir karena adanya perbedaan. Perbedaan fisik, sikap, pola pikir, spiritualitas, dll. Perbedaan ini memicu terjadinya kesalahpahaman.
Muncullah pihak-pihak yang membenarkan diri dan menyalahkan yang lain.
Semuanya menganggap mereka-lah yang benar, tidak ada yang menyalahkan diri sendiri.
Kesalahpahaman pun ditutupi di balik senyuman, candaan yang disertai tawa, tutur kata yang lembut, dll. Namun, kesan kaku itu tidak dapat ditutupi.
Ada penumpang yang cepat, tangkas, penuh dengan ide namun tidak peka dengan penumpang yang lain sehingga kesan mendominasi itu sangat kuat.
Ada penumpang yang tidak bersikap dengan adil.
Ada penumpang yang susah untuk memaafkan.
Ada penumpang yang sangat hati-hati dalam bertindak. Namun, "sangat" ini membuatnya menjadi orang yang kurang tegas, kurang tangkas dan kadangkala kurang peka dengan keadaan di sekitarnya.
Ada penumpang yang susah bersosialisasi dengan penumpang lain.
Ada penumpang yang ceria, blak-blakan namun perhatian pada penumpang yang lain.
Ada penumpang yang merupakan tipe pemikir.
Ada penumpang yang pendiam.
Ada penumpang yang kelakuannya susah untuk dimengerti.
Ada penumpang yang merasa tidak percaya diri untuk masuk dalam bangunan kebersamaan karena begitu banyak perbedaan yang dimiliki, katanya.
Ada penumpang yang menghilang di tengah lautan karena merasa ditolak dan tujuan yang berbeda, terpaksa oleh sitkon *SituasiDanKondisi, berubah minat, dll
Akibatnya, beberapa penumpang pun berganti KAPAL lain.
Pemuda GKI Sulung memberikan arti tersendiri bagi saya.
Hampir 4 bulan, saya berusaha mengenal dan memahami karakter masing-masing pemuda.Saat memikirkan pemuda GKI Sulung maka hal yang terbayang adalah KAPAL. *Gambaran yang aneh pikirku sesaat tapi tak mengapa-lah, aneh-aneh dikit khan ora popo asal jangan kebablasan ^____^ >>>>>> kembali ke laptop *meniruGayaTukulArwana
Hampir 4 bulan, saya mencoba menjadi bagian di antara mereka,
Hampir 4 bulan juga saya dikerjai habis-habisan oleh mereka (-_-"!!!) dan
Hampir 4 bulan adalah tanda bahwa saya akan berpisah dari mereka T________T
KAPAL ini adalah kapal yang lumayan besar.
KAPAL ini memiliki penumpang yang banyak.
KAPAL ini berlayar dengan kekuatan kebersamaan dan kepercayaan di dalam Tuhan.
KAPAL ini diisi dengan bahan bakar kasih dan
Navigasi KAPAL ini ialah Firman Tuhan.
"KAPAL ini bernama O2F (Our Second Family)"
Besar tidaknya kapal, bukanlah hal yang terpenting.
Kuantitas memang penting, namun kualitaslah yang terpenting.
Tak pernah terpikirkan sedetik pun, KAPAL ini akan menjadi bagian dalam proses mengarungi lautan kehidupan. Semuanya berawal ketika Mata Kuliah Praktek Pendidikan Lapangan VI, mengharuskan penentuan tempat Praktek. Secarik kertas pun di ambil dan 3 kata akhirnya tertera di sana "GKI DI SURABAYA." 3 kata ini pula-lah yang menempatkan saya di KAPAL 02F.
Proses demi proses saya lalui bersama penumpang yang lain. Sungguh pengalaman yang berharga dan tak terlupakan.
Ketika mengarungi lautan dunia ini, tidak mungkin cuaca akan teduh senantiasa.
Kadangkala tenang, mendung, panas, hujan, banjir bahkan tsunami.
Gelombang duka dan serpihan angin bahagia mulai mengguncang KAPAL.
Semua penumpang KAPAL berusaha untuk mempertahankan dan membuat KAPAL ini tetap berlayar.
Kekuatan kebersamaan dan kepercayaan di dalam Tuhan adalah kuncinya.
Kebersamaan dapat hadir karena adanya perbedaan. Perbedaan fisik, sikap, pola pikir, spiritualitas, dll. Perbedaan ini memicu terjadinya kesalahpahaman.
Muncullah pihak-pihak yang membenarkan diri dan menyalahkan yang lain.
Semuanya menganggap mereka-lah yang benar, tidak ada yang menyalahkan diri sendiri.
Kesalahpahaman pun ditutupi di balik senyuman, candaan yang disertai tawa, tutur kata yang lembut, dll. Namun, kesan kaku itu tidak dapat ditutupi.
Ada penumpang yang cepat, tangkas, penuh dengan ide namun tidak peka dengan penumpang yang lain sehingga kesan mendominasi itu sangat kuat.
Ada penumpang yang tidak bersikap dengan adil.
Ada penumpang yang susah untuk memaafkan.
Ada penumpang yang sangat hati-hati dalam bertindak. Namun, "sangat" ini membuatnya menjadi orang yang kurang tegas, kurang tangkas dan kadangkala kurang peka dengan keadaan di sekitarnya.
Ada penumpang yang susah bersosialisasi dengan penumpang lain.
Ada penumpang yang ceria, blak-blakan namun perhatian pada penumpang yang lain.
Ada penumpang yang merupakan tipe pemikir.
Ada penumpang yang pendiam.
Ada penumpang yang kelakuannya susah untuk dimengerti.
Ada penumpang yang merasa tidak percaya diri untuk masuk dalam bangunan kebersamaan karena begitu banyak perbedaan yang dimiliki, katanya.
Ada penumpang yang menghilang di tengah lautan karena merasa ditolak dan tujuan yang berbeda, terpaksa oleh sitkon *SituasiDanKondisi, berubah minat, dll
Akibatnya, beberapa penumpang pun berganti KAPAL lain.
Masihkah KAPAL 02F bertahan?
Tentu saja masih.
Dalam menghadapi pergumulan yang berat.
Penumpang-penumpang lain tetap berusaha mempererat persekutuan yang merenggang, kebersamaan dan kepercayaan yang menurun.
Penumpang-penumpang lain tetap berusaha mempererat persekutuan yang merenggang, kebersamaan dan kepercayaan yang menurun.
Ada yang merasa tidak ada perubahan yang terjadi walaupun keterbukaan telah dilakukan.
Ada yang memilih untuk diam dan membuat batasan.
Ada yang malas untuk bicara dan membiarkan semuanya mengalir seperti sungai.
dll.
Perubahan? Ya, semua ingin berubah ke arah yang lebih baik.
Mungkinkah? Ya, mungkin.
Caranya? Ya, Kita sendirilah yang perlu berubah.
Bisakah? Ya, Bisa asalkan ada kesediaan untuk mendengar dan belajar.
Kadangkala optimisme bertiup menerpa penumpang-penumpang yang tetap bertahan.
Ada yang malas untuk bicara dan membiarkan semuanya mengalir seperti sungai.
dll.
Perubahan? Ya, semua ingin berubah ke arah yang lebih baik.
Mungkinkah? Ya, mungkin.
Caranya? Ya, Kita sendirilah yang perlu berubah.
Bisakah? Ya, Bisa asalkan ada kesediaan untuk mendengar dan belajar.
Kadangkala optimisme bertiup menerpa penumpang-penumpang yang tetap bertahan.
Tapi rupanya pesimisme tak membuat mereka tertidur nyenyak.
Mereka terus bergumul,
Memberi semangat, seraya meyakinkan diri sendiri.
Hanya beribu doa bergema di desah nafas menyerahkan semuanya kepada Sang Nakhoda Kehidupan.
Hasilnya?
Perlahan penumpang yang ada mulai menyatu.
Perlahan penumpang yang ada mulai menerima kekurangan dan kelebihan penumpan lain.
Perlahan penumpang yang ada mulai menerima kekurangan dan kelebihan penumpan lain.
Ini bukan proses yang instan.
tak apa-apa karena...
Bangunan yang kokoh, cangkir maupun lukisan yang indah, selalu melalui proses yang bertahap.
tak apa-apa karena...
KAPAL ini telah mengajarkan banyak hal.
Mengajarkan untuk bersikap terbuka
Mengajarkan untuk peduli pada orang lain
Mengajarkan untuk saling menghargai dalam kepelbagaian.
terlebih lagi,
Mengajarkan untuk selalu berserah pada Tuhan.
KAPAL 02F menjadi luar biasa karena Tuhan Yesus, kamu dan saya *WalaupunHanyaSementara menjadi bagian didalamnya.
Maaf atas sikap dan kata-kata yang tidak menyenangkan.
Cerewet, kekanak-kanakan, jahil *NampaknyaGakYah, nao2, mongo2, dll. Pokoke 'tuk yang punya dendam kesumat pada diriku ini, maafkan n' lupakanlah. Dendam khan gak baik bwt kesehatan... hakz...hakz..hakz
Wah, kelompok Chibi..chibi.. Bersiap2lah karena maaf kelompok kalian akan berkurang 1.. hahahaha...
KAPALnya terpaksa ganti deh... ^^
O2F,
Terima kasih karena telah bersedia berlayar bersama saya.
Terima kasih 'tuk semua kenangan yang diberikan *UntungSemuanyaBaik :p
Terima kasih untuk candaan, pengertian, ke-jahil-an, kebaikan hati *KhususnyaBagiMerekaYangSudahMengantarkanSayaPulangKeRumahnyaMamiRuth(Nama2Disamarkan)......kekekekeke.....*SalamBuatBangPoltakYah... hahahaha >>> Yang ini cuma bercanda doang.. BERCANDA...
Thankz so much O2F.
Terima kasih untuk candaan, pengertian, ke-jahil-an, kebaikan hati *KhususnyaBagiMerekaYangSudahMengantarkanSayaPulangKeRumahnyaMamiRuth(Nama2Disamarkan)......kekekekeke.....*SalamBuatBangPoltakYah... hahahaha >>> Yang ini cuma bercanda doang.. BERCANDA...
Thankz so much O2F.
Saya belajar banyak dari kalian semua. Thanks for being my inspiration ^______________^
Subscribe to:
Posts (Atom)